Kata
guru berasal dari bahasa Sansekerta guru yang juga berarti guru, secara
harfiah didefinisikan sebagai pengajar suatu ilmu.[1]
Guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya berkaitan dengan upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dalam segala aspeknya, baik itu aspek spiritual,
emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya.[2]
Secara
sederhana guru diartikan sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada
anak didik. Dalam pandangan masyarakat, guru adalah orang yang melaksanakan
pendidikan di tempat-tempat tertentu. Secara umum guru adalah semua orang yang
berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik
secara individual maupun klasikal, baik di
sekolah maupun di luar sekolah.[3]
Abu
Ahmadi dan Nur Uhbiyati menyebutkan orang dewasa yang bertugas mendidik itu
meliputi orangtua, pengajar atau guru di sekolah, dan pemuka masyarakat. Guru
di sekolah disebut sebagai pendidik karena jabatannya, atau karena keahliannya,
dan dinamakan pendidik professional. Pengajar atau guru adalah pendidik di
lembaga pendidikan formal, atau di sekolah. Guru sering pula disebut dengan
pendidik pembantu karena guru menerima limpahan sebagian tanggung jawab
orangtua untuk menolong dan membimbing anaknya.[4]
Guru
mempunyai peranan ganda sebagai pengajar dan pendidik. Kedua peran tersebut
bisa dilihat dari perbedaannya, tetapi tidak bisa dipisahkan. Tugas utama
sebagai pendidik adalah membantu mendewasakan anak. Dewasa secara psikologis,
social, dan moral. Tugas utama guru sebagai pengajar adalah membantu
perkembangan intelektual, afektif, dan psikomotor, melalui menyampaikan
pengetahuan, pemecahan masalah, latihan-latihan afektif dan keterampilan. Guru sebagai pendidik terutama berperan dalam
menanamkan nilai-nilai, nilai-nilai yang merupakan ideal dan standar dalam
masyarakat. Selain itu, ia juga berperan sebagai model, sebagai contoh/suri
teladan bagi anak-anak. Sementara guru sebagai pengajar dipandang sebagai
ekspert, sebagai ahli dalam bidang ilmu yang diajarkannya.[5]
[1]
Abdul Rahmat, Kearifan Cinta Sang Guru: Oase Pemikiran Cinta untuk Para
Praktisi Pendidikan, (Bandung: MQS Publishing, 2010), h. 19.
[2]
Suparlan, Guru Sebagai Profesi, (Yogyakarta: Hikayat, 2006), h. 9.
[3]
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Suatu
Pendekatan Teoritis Psikologis), (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 31-32.
[4] Abu
Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007),
h. 241-242.
[5]
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 252-253.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar