PGMI

Selasa, 01 Oktober 2013

Mengenali Anak Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar dan Upaya Mengatasinya


A.    Gejala yang Ditunjukkan Anak Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Gejala-gejala yang menunjukkan adanya kesulitan belajar dapat diamati dalam berbagai bentuk. Ia dapat muncul dalam bentuk perilaku yang menyimpang atau menurunnya hasil belajar. Perilaku yang menyimpang juga muncul dalam berbagai bentuk, seperti: suka mengganggu teman, sukar memusatkan perhatian, sering termenung, hiperaktif, sering membolos.
Menurunnya hasil belajar merupakan gejala kesulitan belajar yang paling jelas. Menurunnya hasil belajar ini dapat dilihat dari rendahnya hasil latihan, baik latihan di kelas maupun pekerjaan rumah dan menurunnya hasil ulangan harian/post test yang ditandai dengan diperolehnya nilai-nilai yang rendah. Nilai-nilai rendah yang dicapai siswa inilah yang dapat dijadikan indikator yang kuat tentang adanya kesulitan belajar yang dihadapi siswa.[1]
Selain itu, beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar, misalnya:
1.      Menunjukkan prestasi yang rendah/di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas.
2.      Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan keras tetapi nilainya selalu rendah.
3.      Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam segala hal.
4.      Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, berpura-pura, dusta, dan lain-lain.
5.      Menunjukkan tingkah laku yang berlainan.[2]
Selain hal di atas, gejala kesulitan belajar juga terlihat pada anak didik yang tergolong memiliki IQ tinggi, yang secara potensial mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi, tetapi kenyataannya mereka mendapatkan prestasi belajar yang rendah. Demikian pula anak didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar mata pelajaran, tetapi di lain waktu prestasi belajarnya menurun drastis.[3]
B.     Mengenali Anak Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Anak didik yang mengalami kesulitan belajar dapat diamati dari sikap serta tingkah lakunya, jika ia menunjukkan gejala-gejala yang nampak seperti tersebut di atas, maka kemungkinan anak didik tersebut mengalami kesulitan belajar. Dalam hal ini seorang pendidiklah yang diharapkan mampu mengenali gejala-gejala yang ditunjukkan oleh anak didiknya.
Selain dengan mengenali gejala-gejala di atas, kesulitan belajar pada anak didik juga dapat dikenali dengan melakukan penyelidikan dengan cara:[4]
a.     Observasi
Observasi adalah suatu cara memperoleh data dengan langsung mengamati terhadap objek. Sambil melakukan observasi, dilakukan pencatatan terhadap gejala-gejala yang tampak pada diri subjek, kemudian diseleksi untuk dipilih yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
b.    Interview
Interview adalah suatu cara mendapatkan data dengan wawancara langsung terhadap orang yang diselidiki atau terhadap orang lain –guru, orang tua, atau teman intim anak- yang dapat memberikan informasi tentang orang yang diselidiki. Interview sebagai pendukung yang akurat dari kegiatan observasi.
c.     Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara untuk mengetahui sesuatu dengan melihat catatan-catatan, arsip-arsip, dokumen-dokumen, yang berhubungan dengan orang yang diselidiki. Teknik ini dimaksudkan agar kita dapat menyelidiki faktor penyebab anak didik mengalami kesulitan belajar. Dokumen yang perlu dicari berhubungan dengan anak didik ialah:
·         Riwayat hidup anak didik
·         Prestasi anak didik
·         Kumpulan ulangan
·         Catatan kesehatan anak didik
·         Buku rapor anak didik
·         Buku catatan untuk semua mata pelajaran, serta
·         Buku pribadi anak didik (cumulative record), yang biasanya ada pada petugas bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
d.    Tes Diagnostik
Tes diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami anak didik berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya. Tes diagnostik memrlukan sejumlah soal untuk satu mata pelajaran yang diperkirakan merupakan kesulitan bagi anak didik. Sejauh mana tingkat penguasaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang akan diberikan guru, dapat diketahui dengan tes diagnostik.

C.     Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Anak Didik
Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi kesulitan belajar anak didik, dapat dilakukan melalui enam tahap, yaitu:
1.      Pengumpulan Data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar diperlukan banyak informasi. Untuk memperoleh informasi perlu diadakan pengamatan langsung terhadap objek yang bermasalah. Baik teknik observasi dan interview maupun dokumentasi, dapat dipakai untuk mengumpulkan data, ketiganya saling melengkapi dalam rangka keakuratan data. Usaha lain yang dapat dilakukan dalam usaha pengumpulan data bisa melalui kegiatan berikut:
a.       Kunjungan rumah.
b.      Case Study.
c.       Case history.
d.      Daftar Pribadi.
e.       Meneliti pekerjaan anak.
f.       Meneliti tugas kelompok.
g.      Melaksanakan tes, baik tes IQ maupun tes prestasi.
2.      Pengolahan Data
Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam rangka pengolahan data adalah sebagai berikut:
a.         Identifikasi kasus
b.         Membandingkan antarkasus
c.         Membandingkan dengan hasil tes
d.        Menarik kesimpulan
3.      Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data. Diagnosis dapat berupa hal-hal berikut:
a.         Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak didik yaitu berat dan ringannya tingkat kesulitan yang dirasakan anak didik.
b.         Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik.
c.         Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak didik.
Untuk mendapatkan hasil diagnosis yang meyakinkan, sebaiknya minta bantuan tenaga ahli dalam bidang keahian mereka masing-masing, yaitu:
a.         Dokter, untuk mengetahui kesehatan anak.
b.         Psikolog, untuk mengetahui tingkat IQ anak.
c.         Psikiater, untuk mengetahui kejiwaan anak.
d.        Sosiolog, untuk mengetahui kelainan sosial yang mungkin dialami oleh anak.
e.         Guru kelas, untuk mengetahui perkembangan belajar anak selama di sekolah.
f.          Orang tua anak, untuk mengetahui kebiasaan anak di rumah.
4.      Prognosis
Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar kegiatan prognosis. Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar dari kesulitan belajar.
5.      Treatment
Treatment adalah perlakuan. Perlakuan yang dimaksud disini adalah pemberian bantuan kepada anak didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk treatment yang mungkn dapat diberikan ialah:
a.       Melalui bimbingan belajar individual.
b.      Melalui bimbingan belajar kelompok.
c.       Melalui remedial teaching untuk mata pelajaran tertentu.
d.      Melalui bimbingan orang tua di rumah.
e.       Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis.
f.       Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik secara umum.
g.      Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran.
6.      Evaluasi
Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yang telah diberikan telah berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat dibantu keluar dari lingkaran masalah kesulitan belajar, atau gagal sama sekali. Bila jawaban anak terhadap soal yang diberikan pada tahap treatment sebagian besar banyak yang salah, itu sebagai pertanda bahwa treatment gagal. Karenanya, perlu pengecekan kembali dengan cara mencari faktor-faktor penyebab dari kegagalan itu.
Dalam rangka pengecekan kembali atas kegagala treatment, secara teoritis langkah-langkah yang perlu ditempuh adalah sebagai berikut:
a.       Re-Checking data (baik yang berhubungan dengan masalah pengumpulan maupun pengolahan data).
b.      Re-diagnosis.
c.       Re-prognosis.
d.      Re-treatment.
e.       Re-evaluasi. [5]
Selain melalui tahap-tahap di atas, cara mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi siswa juga harus dilakukan dengan mengadakan diagnosis dan remedies yaitu melalui proses pemeriksaan terhadap gejala kesulitan belajar yang terjadi dan diakhiri dengan mengadakan remedies atau perbaikan sehingga masalah kesulitan belajar siswa benar dapat diatasi. Pelaksanaan diagnosis kesulitan belajar tersebut harus berlangsung secara sistematis dan terarah melalui langkah-langkah berikut:
1.      Mengidentifikasi Adanya Kesulitan Belajar
Pada langkah pertama ini guru harus mengidentifikasi/menetapkan adanya kesulitan belajar pada diri siswa. Menetapkan untuk memastikan adanya kesulitan belajar harus didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman. Sebagai pedoman untuk menetapkan adanya kesulitan belajar guru dapat menggunakan hasil-hasil post test dan catatan perilaku siswa yang menyimpang selama 2 atau 3 kali pertemuan.
2.      Menelaah/Menetapkan Status Siswa
Setelah guru mengidentifikasi dan memperoleh kepastian tentang siapa-siapa saja yang mengalami kesulitan dalam belajar, maka pada langkah kedua ini guru menelaah atau memriksa setiap siswa yang dimaksudkan pada langkah ini ialah untuk menetapkan jenis atau bentuk kesulitan belajar yang dialami oleh setiap siswa. Untuk memastikan jenis atau bentuk kesulitan masing-masing dapat dilakukan dengan dua cara: Pertama, dengan membandingkan hasil pencapaian/penguasaan TIK (Tujuan Instruksional Khusus) hasil belajar siswa dengan TIK yang ditargetkan untuk dicapai oleh siswa. Kedua, dilakukan dengan menetapkan bentuk kesulitan mereka dalam proses belajarnya.
3.      Memperkirakan Sebab Terjadinya Kesulitan
Upaya yang dapat dilakukan guru untuk menetapkan sebab kesulitan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat diagnostik kesulitan belajar. Alat tersebut dapat berupa test diagnostik dan test-test untuk mengukur kemampuan inteligensi, kemampuan mengingat, kemampuan alat indera dan sebagainya yang erat kaitannya dengan proses belajar.
4.      Mengadakan Perbaikan
Strategi pelaksanaan yang ditempuh guru dalam mengadakan perbaikan ini harus dilakukan dengan melalui pendekatan psikologis didaktis, yaitu: Pertama, siswa yang akan diperbaiki sudah menyadari faktor kesulitan/kekurangan mereka; kedua, mereka yakin kesulitan/kekurangan mereka dapat diatasi; ketiga, siswa dibimbing untuk mengadakan perbaikan sesuai dengan sebab dan kondisi kesulitan yang mereka alami.[6]
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pada intinya untuk mengatasi masalah belajar pada anak terlebih dahulu kita mengamati kesulitan apa yang dihadapinya, kemudian memberikan solusi untuk masalahnya dengan memberikan latihan-latihan dan sejenisnya untuk mengukur kemampuannya.




[1] Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h.. 89.
[2] Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,1991), h. 89.
[3] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 247.
[4] Ibid., h. 247-249.
[5] Ibid., h. 250-255.
[6] Alisuf Sabri, Op. Cit., h. 90-93.

3 komentar: