PGMI

Selasa, 04 Juni 2013

Perkembangan Keagamaan pada Anak-anak


A. Timbulnya Agama Pada Anak

  1. Rasa Ketergantungan (Sense of Depend) 

Menurut W. H. Thomas: Manusia dilahirkan kedunia ini memiliki 4 keinginan: keinginan akan perlindungan(security), keinginan akan pengalaman baru(new experience), keinginan untuk mendapat tanggapan (response) dan keinginan untuk dikenal (recognation). Dari kerjasama 4 keinginan itu, maka sejak bayi dilahirkan ia hidup dalam ketergantungan.

  2. Instink Keagamaan

Menurut Woodworth: bayi yang dilahirkan sudah memiliki beberapa instink diantaranya instink keagamaan. Belum terlihatnya tindak keagamaan pada diri anak karena beberapa fungsi kejiwaan yang menopang kematangan berfungsinya instink itu belum sempurna.


Perkembangan Agama pada Anak, menurut Ernest Harms:
1.The Fairy Tale Stage (Tingkat Dongeng) 
             Tingkatan ini dimulai pada anak yang berusia 3-6 tahun. Pada tingkatan ini konsep mengenal Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi. Pada tingkat ini anak menghayati konsep ke-Tuhan-an sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya.  
2.The realistic Stage (Tingkat Kenyataan) 
             Tingkatan ini dimulai sejak anak masuk sekolah dasar hingga ke usia (masa usia) adolesense. Pada masa ini, ide ke-Tuhan-an anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan pada kenyataan (realitas). Konsep ini timbul melalui lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran agama dari orang dewasa lainnya. Pada masa ini, ide keagamaan anak didasarkan  atas dorongan emosional, sehingga mereka dapat melahirkan konsep Tuhan yang Formalis.  
3.The individual stage (Tingkat Individual) 
             Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep keagamaan yang individualistis terbagi atas: 
      a. Konsep ke-Tuhan-an yang konvensional dan konservatif dengan dipengaruhi sebagian kecil fantasi.
      b. Konsep ke-Tuhanan yang lebih murni yang dinyatakan dalam pandangan yang bersifat personal.
      c. Konsep ke-Tuhanan yang bersifat humanistik. Agama telah menjadi etos humanis pada diri merekan dalam menghayati ajaran agama.  
  

Referensi: Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), h. 65-67. 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar